Mengapa bulan di jendela makin lama
makin redup sinarnya?
Karena kehabisan minyak dan energi.
Mimpi semakin mahal,
hari esok semakin tak terbeli.

Di bawah jendela bocah itu sedang suntuk
belajar matematika. Ia menangis tanpa suara:
butiran bensin meleleh dari kelopak matanya.
Bapaknya belum dapat duit buat bayar sekolah.
Ibunya terbaring sakit di rumah.

Malu pada guru dan teman-temannya,
coba ia serahkan tubuhnya ke tali gantungan.
Dadah Ayah, dadah Ibu..

Ibucinta terlonjak bangkit dari sakitnya.
Diraihnya tubuh kecil itu dan didekapnya.
Berilah kami rejeki pada hari ini
dan ampunilah kemiskinan kami.

Autore: Joko Pinurbo

Mengapa bulan di jendela makin lama <br />makin redup sinarnya?<br />Karena kehabisan minyak dan energi.<br />Mimpi semakin mahal,<br />hari esok semakin tak terbeli.<br /><br />Di bawah jendela bocah itu sedang suntuk<br />belajar matematika. Ia menangis tanpa suara:<br />butiran bensin meleleh dari kelopak matanya.<br />Bapaknya belum dapat duit buat bayar sekolah.<br />Ibunya terbaring sakit di rumah.<br /><br />Malu pada guru dan teman-temannya,<br />coba ia serahkan tubuhnya ke tali gantungan.<br />Dadah Ayah, dadah Ibu..<br /><br />Ibucinta terlonjak bangkit dari sakitnya.<br />Diraihnya tubuh kecil itu dan didekapnya.<br />Berilah kami rejeki pada hari ini<br />dan ampunilah kemiskinan kami. - Joko Pinurbo




©gutesprueche.com

Data privacy

Imprint
Contact
Wir benutzen Cookies

Diese Website verwendet Cookies, um Ihnen die bestmögliche Funktionalität bieten zu können.

OK Ich lehne Cookies ab